Baca Juga: Sekilas Mengenali Ajaran Praktis Spiritual Suhrawardi. Pengetahuan terhadap Allah (makrifat) bukan pula pengetahuan yang bersumber dari pembuktian dan pengetahuan akal sebagaimana yang dilakukan oleh para filsuf, ahli kalam, dan ahli hukum, namun pengetahuan yang mendasarkan pada astibur ākesatuan dengan Allahā sebagaimana yang
Pernyataan cinta kepada Allah merupakan kutub lain yang amat menarik dalam syair-syair para sufistik. Syair-syair Dzun Nun, misalnya, menggunakan ungkapan-ungkapan mesra sebagai pecinta sejati terhadap Khaliknya, sebagaimana telah dilakukan sebelumnya oleh Rabiah Al-Bashri.Sebutlah Muhammad bin Said as Shanhaji al Bushiri, seorang sastrawan Mesir yang mengarang syair fenomenal ā Burdah .ā. Beliau lahir di Bahsyim pada bulan Syawal 607 H. ibunya berasal dari Bushir. Sedang ayahnya berasal dari Dalash. Sejak kecil beliau belajar agama dengan ayahnya. Kemudian beliau melanjutkan studi ke Kairo dan menjadi ulama
Fase ketiga perkembangan syiāir sufi berkisar antara tahun 400-600 H, kurang lebih dua abad lamanya. Pada fase ini, sastra sufi didominasi oleh corak al-hubb al-IlĆ¢hi (cinta Ilahi), madh al-Rasul (pujian bagi Rasul), al-syawq ila al-amĆ¢kin al-muqaddasah (kerinduan pada tempat-tempat yang disucikan), dan ajakan kepada keutamaan ajaran Islam
A. Definisi Mahabbah dan Tingkatan Mahabbah. 1. Definisi Mahabbah. Dalam bahasa arab "Mahabbah" berasal dari kata "Ahabba-Yuhibbu-Mahabbatan" yang secara bahasa berarti mencintai, secara mendalam, kecintaan, atau cinta yang mendalam. Dalam Al-Muājam al-Falsafi, Jamil Shaliba mengatakan, Mahabbah (cinta) adalah lawan dari kata al-baghd (benci).
Syair agama biasanya berisi ajaran sufi, ajaran Islam, cerita nabi, dan nasihat. Pada umumnya, syair agama digunakan sebagai bagian dari dakwah di zaman dahulu atau menjadi media bagi para pendakwah menyampaikan ajaran Islam. Baca Juga Amalan-Amalan 10 Hari Terakhir Bulan Ramadhan. Kedua, syair kiasan.